Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Biota Perairan (Tugas)

Senin, 09 Februari 2009 di 4:10:00 PM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Salah satu dampak negatif kemajuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan dengan benar adalah terjadinya polusi (pencemaran). Polusi Air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya kedalam air sehingga kualitas air terganggu. Kualitas air terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa dan warna. Sedangkan segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut Polutan. Sesuatu benda dapat dikatakan polutan bila : kadarnya melebihi batas normal dan berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat.
Polutan dapat berupa debu, bahan kimia, suara, panas, radiasi, makhluk hidup, zat-zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Adanya polutan dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan pembersihan sendiri (regenerasi). Oleh karena itu, polusi terhadap lingkungan perlu dideteksi secara dini dan ditangani segera dan terpadu.
Air adalah tempat hidup hewan akuantik seperti ikan. Apabila sumber air tempat kehidupan akuatik tercemar, maka siklus makanan dalam air terganggu dan ekosistem air/kehidupan akuatik akan terganggu pula. Misal organisme yang kecil/lemah seperti plankton banyak yang mati karena banyak keracunan bahan tercemar, ikan-ikan kecil pemakan plankton banyak yang mati karena kekurangan makanan, demikian pula ikan-ikan yang lebih besar pemakan ikan-ikan kecil bila kekurangan makanan akan mati.
Untuk itu, disini akan dijelaskan mengenai tingkah laku ikan yang berada pada perairan yang tercemar oleh bahan pencemar (minyak bensin).





1.2   Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum adalah :
·         Mahasiswa mengetahui tingkah laku ikan terhadap air yang tercemar bahan pencemar (minyak bensin)
·         Mahasiswa mengetahui berapa lama ikan bisa bertahan dalam perairan yang tercemar
·         Mahasiswa dapat lebih memahami bahaya pencemaran air terhadap biota air, khususnya pada ikan




























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-Macam Sumber Pencemar Air
Laut dapat pula tecemar oleh minyak yang asalnya mungkin dari pemukiman, pabrik, melalui sungai atau dari kapal tanker yang rusak. Minyak dapat mematikan, burung dan hewan laut lainnya, sebagai contoh, efek keracunan hingga dapat dilihat di Jepang. Merkuri yang dibuang sebuah industri plastik keteluk minamata terakumulasi di jaringan tubuh ikan dan masyarakat yang mengkonsumsinya menderita cacat dan meninggal. (Djambur. W. Sukarno. 1993).
Selain hal tersebut, adapun akibat lain yang ditimbulkan oleh pencemaran air :
·         Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya, kandungan oksigen
·         Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air (eurotrofikasi)
·         Pendangkalan dasar perairan
·         Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi
·         Dalam jangka panjang adalah kanker dan kelahiran cacat
·         Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan, bahkan burung
·         Mutasi sel, kanker, dan leukeumia

2.2 Klasifikasi Air polusi
Polusi yang luas dapat digolongkan menjadi organik, anorganik dan radio aktif substansi.
a.      Organik polusi :
Polusi organik adalah oksigen depleting limbah yang meliputi rumah tangga dan industri bio-organik degradable limbah;
·         Penyakit menular dapat menimbulkan limbah yang mengandung mikro-organisme patogen seperti Bakteri & Virus.
·         Organik sintetis polusi, yang merupakan buatan manusia bahan-bahan kimia seperti deterjen, pestisida, makanan tambahan, obat-obatan, insektisida, paints, synthetic fibres, sSynthetic polusi organik, yang merupakan buatan manusia bahan-bahan kimia seperti pestisida, deterjen, makanan tambahan, obat-obatan , insektisida, synthetic fibres, pembersih plasticizers, plastik dan industri lainnya chemicals.paints pembersih plasticizers dan industri kimia lainnya.
·         Organik gizi seperti nitrat dan phosphates dibawa oleh pertanian run-off dari tanah pertanian.
·         Polusi minyak di dalam air dapat dilakukan karena minyak spills kargo dari tanker di laut, kerugian selama di pantai eksplorasi dan produksi minyak, kebetulan dan kebakaran di kapal tanker minyak, kebetulan atau disengaja slicks minyak.
b.      Anorganik polusi
Polusi anorganik terdiri dari mineral asam, garam anorganik, halus dibagi logam atau logam compounds, jejak unsur logam berat, sulphates, nitrates, organometallic compounds dan kompleks dari logam beracun dengan organics termasuk kromium, timah, raksa dan khlorida.
c.       Polusi radioaktif
Air radioaktif yang berasal dari polusi Mei:
·         Pertambangan dan pengolahan ores, misalnya, uranium Tailing.
·         Peningkatan penggunaan radio-isotopes aktif dalam penelitian, pertanian dan aplikasi medis.
·         Nuklir dan pembangkit tenaga listrik nuklir reactors.
·         Uji dan penggunaan senjata-senjata nuklir.

2.3  Dampak Pencemaran Lingkungan Perairan
Adapun dampak yang ditimbulkan dari pencemaran lingkungan perairan antara lain :
1.      Gangguan Keseimbangan Lingkungan
Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya, keseimbangan lingkungan terganggu. Daur materi dan daur biogeokimia menjadi terganggu.
2.      Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah  menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Demikian juga dengan terjadinya hujan asam.
3.      Keracunan dan Penyakit
Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat mengalami keracunan. ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami kerusakan hati, ginjal, menderita kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan ada yang menyebabkan cacat pada keturunan-keturunannya.
4.      Pemekatan Hayati
Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk dikenal sebagai pemekatan hayati (dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai biomagnificition).








BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu :
·         Tanggal : 24 Maret 2009
·         Tempat  : Hatceri Departemen Budidaya Perairan Vedca Cianjur.

3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu :
Alat
Bahan
·         Gelas ukur
·         Baskom
·         Pipet
·         Alat tulis ( buku & penggarais )
·         Stopwatch
·         Timbangan digital
·         Mistar/ Penggaris
·         Toples 2 buah
·         Aerasi 1 buah
·         Batu aerasi 1 buah
·         Ikan mas (Cyprinus carpio) 2 ekor
·         Ikan Nila 2 ekor
·         Bensin
·         Air tawar





3.3 Prosedur Kerja
·         Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
·         Timbang dan ukur tubuh ikan terlebih dahulu.
·         Isi air tawar pada toples sebanyak 5 liter kemudian masukkan bensin (polutan) sebanyak 5 ml.
·         Masukkan polutan pada media sebanyak 5 liter setiap 15 menit sekali.
·         Amati dan catat pada lembar kegiatan respon ikan setelah diberikan polutan pada air tawar.





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1  Pengaruh bensin terhadap ikan mas (Cyprinus carpio)
Tabel 1. Pengaruh bensin terhadap ikan mas (Cyprinus carpio)
Waktu Pengamatan
Perilaku Ikan
Toples 1
(bensin dengan aerasi)
Toples 2
(bensin tanpa aerasi)
15 menit pertama
(0-15 menit)
·         Sirip ekor, mulut dan overculum mengalami pendarahan
·         Gerakan aktif
·         Pendarahan semakin banyak dibagian sirip ekor, dada dan sirip perut
·         Ikan berenang tidak seimbang
·         Sering berenang ke permukaan
·         Sirip dada robek
·         Warna kulit pucat
·         Ikan meloncat
·         Ikan menabrak dinding toples
·         Ikan berenang terbalik
·         Overculum dan sirip memerah
·         Gerakan pasif/cenderung diam
·         Ikan stress

·         Ikan mengeluarkan feses
·         Warna sisik pucat
·         Sirip dada berdarah
·         Ikan mengeluarkan feses lagi

15 menit kedua
(15-30 menit)
·         Ikan megap-megap di permukaan
·         Ikan meloncat-loncat
·         Pendarahan semakin banyak di sekitar mulut, ekor dan sirip perut
·         Sisik lepas
·         Ikan aktif berenang tetapi berenangnya tidak seimbang
·         Ikan loncat dan megap-megap
·         Berenang terbalik
·         Ikan mengeluarkan feses
·         Warna tubuh pucat
·         Buka tutup overculum lebih cepat
·         Gerakan renang tidak seimbang
·         Ikan mengeluarkan feses
·         Ikan stress
·         Warna tubuh pucat
·         Sisik pada pangkal ekor dan overculum memerah
·         Pada anus mengeluarkan gelembung udara
·         Ikan oleng


15 menit
ketiga
 (30-45 menit)

·         Ikan berenang tidak seimbang
·         Warna air keruh
·         Ikan kolep
·         Ikan mati (36 menit 23 detik)
·         Sisik lepas
·         Warna insang coklat

·         Ikan menubruk-nubruk ke dinding toples
·         Gerakan ikan semakin tidak seimbang (oleng)
·         Sirip dada berdarah
·         Pada anus mengeluarkan gelembung
·         Sirip dada robek dan tidak bisa seimbang
·         Warna tubuh lebih pucat
·         Sirip ekor dan punggung robek
·         Bukaan mulut dan overculum semakin cepat
·         Ikan diam di dasar
15  menit keempat (45-60 menit)





·         Ikan berenang lebih tidak simbang
·         Warna ikan pucat
·         Ikan diam di dasar
·         Ikan kolep, berenang dengan tubuh terbalik
·         Ikan berenang lambatnaik turun
15 menit kelima (60-75 menit)

·         Gerakan ikan tidak seimbang
·         Ikan berenang miring
·         Sirip memerah
·         Sisik terkelupas
·         Ikan kolep
15 menit keenam (75-90 menit)

·         Ikan berenang di dasar
·         Ikan megap-megap di dasar
·         Sirip merah
·         Insang berwarna coklat dan pucat
·         Ikan mati (85 menit)

4.1.2 Pengaruh bensin terhadap ikan nila (Oreochromis sp.)
Tabel 2. Pengaruh bensin terhadap ikan nila (Oreochromis sp.)
Waktu Pengamatan
Perilaku Ikan
Toples 1
(bensin dengan aerasi)
Toples 2
(bensin tanpa aerasi)
15 menit pertama
(0-15 menit)
·         Ikan berenang naik turun
·         Ikan berenang tidak seimbang
·         Ikan diam didasar toples
·         Sirip dada memerah
·         Warna tubuh pucat
·         Ikan mati (12 menit 54 detik)
·         Ikan diam di dasar
·         Warna ikan mulai pudar
·         Ikan mengeluarkan feses
·         Sirip dada dan ekor rusak
15 menit kedua
(15-30 menit)

·         Ikan diam didasar
·         Warna tubuh ikan pucat
·         Ikan mengeluarkan feses
·         Sirip ekor memerah
15 menit
ketiga
(30-45 menit)

·         Ikan mengeluarkan feses
·         Overculum dan sirip memerah
·         Warna tubuh lebih pucat
·         Ikan megap-megap
·         Ikan mengeluarkan feses
·         Ikan menubruk-nubruk dinding toples
15  menit keempat (45-60 menit)




·         Ikan diam di dasar
·         Ikan mengeluarkan feses
·         Ikan loncat
·         Ikan oleng
·         Ikan berenang ke permukaan
·         Ikan menubruk-nubruk dinding toples
15 menit kelima (60-75 menit)

·         Sirip ikan rusak
·         Warna tubuh pucat
·         Ikan berenang terbalik
·         Sirip ekor robek
·         Sirip punggung pucat
15 menit keenam (75-90 menit)

·         Ikan menubruk dinding
·         Berenang miring
·         1 ekor ikan tergeletak di dasar
15 menit ketujuh (90-105 menit)

·         Ikan tergeletak di dasar
·         Sirip dan sisik rusak
·         Ikan mati (96 menit)


4.2. Pembahasan
4.2.1  Pengaruh bensin terhadap ikan mas (Cyprinus carpio)
Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap perlakukan yang diberi aerasi pada 15 menit pertama, diketahui bahwa ikan menunjukkan tingkah laku yang abnormal seperti pada ekor, mulut dan overculum ikan terlihat mengalami tanda-tanda terjadinya pendarahan. Hal tersebut karena ikan melakukan adaptasi dengan lingkungan yang mengandung bahan pencemar dimana gerakan overculum ikan bergerak dengan cepat. Selain itu, ikan juga sering berenang ke permukaan dengan kondisi tidak seimbang. Sesekali ikan meloncat kepermukaan untuk mengambil oksigen bebas.
Kemudian pada 15 menit ke – 2 ikan masih  menunjukkan pola tingkah laku yang sama namun pada warna tubuh ikan mas mulai mengalami perubahan warna nampak memudar (pucat) dan pada bagian sirip ekor mengalami perubahan warna menjadi agak kemerah – merahan. Tingkah laku pada kedua perlakuan relative hampir sama.
Selanjutnya pada 15 menit ke – 3 warna air menjadi keruh, frekuensi gerakan operculum saat tertutup dan membuka lebih cepat. Pada perlakuan yang diberi aerasi tepatnya pada menit ke- 36, 23 detik ikan sudah ada yang mati. Sedangkan ikan pada perlakuan yang tidak diberi aerasi ikan belum mati akan tetapi, ikan terus menerus menunjukan tingkah laku yang abnormal dimana warna tubuh ikan semakin memucat dan berenang lemas serta tidak seimbang.

4.2.2        Pengaruh bensin terhadap ikan nila (Oreochromis sp.)
Mengenai hasil pengamatan diperoleh bahwa pada perlakuan wadah yang diberi aerasi, ikan mati pada 15 menit pertama, tepatnya pada menit ke- 12 lebih 54 detik. Akan tetapi, sebelum mati ikan mengalami tingkah laku yang abnormal seperti : ikan berenang naik turun dan berenang tidak seimbang, sirip dada memerah serta warna tubuh menjadi pucat. Hal tersebut juga dialami pada ikan yang dimasukkan di toples yang tidak diberi aerasi.
Pada toples yang tidak diberi aerasi, pada 15 menit ke- 2, ikan mengeluarkan feses, overculum dan sirip memerah, warna tubuh lebih pucat, ikan terlihat megap-megap dan menubruk-nubruk dinding toples. Pada 15 menit ke- 3,4,5,dan  ke- 6, tingkah laku ikan cenderung hampir sama. Yang berbeda yaitu pada 15 menit ke- 6  dimana ikan terlihat tergeletak di dasar perairan akan tetapi ikan belum mati hanya saja mengalami strees berat (ikan pingsan). Karena daya adaptasi yang dimiliki oleh ikan nila semakin menurun, maka lama kelamaan ikan akan mati. Secara tepatnya yaitu ikan mati pada menit ke- 96.


















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil setelah melaksanakan praktikum, adalah :
·         Pada perlakuan wadah yang diberi aerasi dengan wadah yang tidak diberi aerasi daya adaptasi ikan terhadap lingkungan yang mengandung bahan pencemar berupa minyak bensin sangat berbeda. Hal ini dapat dilihat pada ikan mas maupun ikan nila yang wadahnya diberi aerasi akan cepat mati. Hal ini dikarenakan aerasi yang terdapat dalam wadah akan mengaduk air secara merata sehingga kandungan bensin di dalam air pun tersebar secara merata.
·         Pada ikan mas yang diberi perlakuan aerasi, ikan mati pada 36 menit 23 detik, dan yang tidak diberi aerasi, ikan mati pada menit ke- 85. Sedangkan pada ikan nila yang diberi perlakuan aerasi, ikan mati pada menit ke- 12 lebih 54 detik. Sedangkan pada perlakuan tanpa aerasi, ikan mati pada menit ke- 96.
·         Setiap jenis dan ukuran ikan yang berbeda akan mempengaruhi lamanya dia beradaptasi terhadap perairan yang tercemar bahan pencemar. Seperti pada ikan nila dengan ikan mas, sesuai praktikum ternyata ikan nila mempunyai daya toleransi lebih tinggi dari ikan mas.

5.2 Saran
  • Dalam melakukan praktikum sebaiknya dilakukan dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil / data yang lebih akurat.
  • Sebaiknya sarana dan prasarana dilengkapi untuk memperlancar kegiatan praktikum.
  • Sebaiknya ukuran ikan sampel lebih seragam untuk memperoleh data yang lebih mendekati akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Djarijah, Abbas Siregar. 2002. Budidaya Nila Gift Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta.






















DAFTAR GAMBAR

Gbr. Pengukuran panjang ikan sampel.
Gbr. Penimbangan berat ikan sampel.
Gbr. Pemasukan bahan pencemar (minyak bensin)
Gbr. Pengamatan tingkah laku ikan pada toples yang diberi bensin.
Gbr. Tingkah laku ikan pada toples yang tidak diberi aerasi
Gbr. Tingkah laku ikan pada toples yang diberi aerasi